Radio Budaya Jawa



Minggu, 18 Juli 2010

Minuman Isotonik Air Kelapa

Air kelapa dapat dimanfaatkan dan diproses lebih lanjut sebagai minuman isotonik alami. Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian telah mengembangkan teknologi pengolahan minuman isotonik air kelapa dengan menggunakan Ultrafiltration Package Plant.

Menurut Nur Alamsyah, peneliti dari Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian prinsip
dari teknologi ultrafiltrasi yang diterapkan dalam pemrosesan air kelapa ini adalah sebagaiproses sterilisasi dingin (cold sterilization). Hal itu dilakukan karena sifat air kelapa yangsangat sensitif terhadap panas sehingga teknologi pengawetan yang biasa dilakukan sepertipasteurisasi tidak efektif karena akan membuat cita rasa air kelapa berubah.

Sebelum memulai proses, membran ultrafiltrasi perlu dibersihkan dari kotoran yang mungkinmenempel. Air kelapa setelah dibuka tempurungnya langsung dimasukkan ke dalam
membran dengan sebelumnya dilakukan penambahan gula, asam askorbat dan mineral
tambahan. Setelah melewati membran air kelapa dapat langsung dikemas dengan botol
kaca yang sebelumnya telah disterilisasi. Proses ini sangat sederhana dimana filtrasi danpemurnian dilakukan tanpa bantuan bahan kimia sehingga dapat menekan biaya.

Membran ultrafiltrasi mampu menahan berbagai bahan pengotor dan mikroorganisme
dengan ukuran lebih besar dari ukuran pori membran. Hasil ini ditunjukkan dengan
peningkatan kejernihan air kelapa. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh tim penelitidari BB-Pascapanen memperlihatkan bahwa air kelapa yang diproses dengan membranultrafiltrasi (ukuran pori 0,5-2 Nm) memperlihatkan bahwa kandungan kalium dan
natrium masih sangat tinggi dan total mikroba > 22.

Ekonomis dan Menguntungkan
Dari sisi ekonomisnya, unit pengolahan minuman isotonik air kelapa ini layak untuk
dikembangkan, dengan asumsi: Kapasitas 540 liter/hari; Umur proyek selama 10 tahun;
Kapasitas produksi maksimum sebesar 165.600 liter/tahun yang dicapai dalam waktu
produksi 300 hari kerja/tahun.

Untuk mendirikan unit pengolahan minuman isotonik air kelapa diperlukan investasi
sebesar Rp. 361.092.000,- yang diperlukan untuk pembelian tanah, bangunan, mesin dan
peralatan kantor. Selain investasi diperlukan juga biaya operasional sebesar Rp.
674.452.500,- yang digunakan untuk pembelian bahan baku, bahan pembantu, kemasan,
upah serta operasional lainnya.

Setelah dilakukan perhitungan diperoleh harga pokok sebesar Rp. 4.163,- dan harga jual rasional Rp. 5.000,- per liter yang dihitung dengan metode mark up price sebesar 20%.
Keuntungan bersih yang diperoleh setelah dipotong pajak adalah sebesar Rp. 94.925.486,- dengan masa pengembalian modal 3,2 tahun, BEP 76.262 , IRR 33% dan B/C ratio sebesar 1,23.

Melihat angka-angka yang disajikan terlihat bahwa peluang pengembangan unit
pengolahan minuman isotonik air kelapa ini sangat bagus hanya saja tidak efisien
dilakukan skala rumah tangga terutama dari aspek alat dan perawatan yang agak rumit,
akan lebih bagus bila dilakukan oleh kelompok tani atau koperasi.

sumber : Sinar Tani

Selasa, 06 Juli 2010

BAK PENAMPUNGAN SUMBER AIR/MATA AIR

I. PENDAHULUAN
Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut, mencuci, dan memasak, dan kebutuhan yang lain. Dalam sebulan akan dibutuhkan beribu-ribu liter air bersih untuk keperluan lain seperti mandi, mencuci pakaian dan
perabotan rumah tangga.
Untuk daerah pedesaan yang kering di musim kemarau pada waktu hujan hanya sedikit dan persediaan air dalam tanah menurun, akan sulit sekali untuk mendapatkan air yang bersih. Pada musin kemarau sumur menjadi kering, aliran sungai besar berubah menjadi kecil dengan air yang keruh, mengakibatkan timbulnya penyakit yang menuntut banyak korban. Di samping itu pada musim kemarau banyak waktu dan tenaga terbuang untuk mengambil air bersih, karena sumber air biasanya terletak jauh dari tempat tinggal.
Masalah kebutuhan air bersih dapat ditanggulangi dengan memanfaatkan sumber air dan air hujan. Menampung air hujan dari atap rumah adalah cara lain untuk memperoleh air. Cara yang cukup mudah ini kebanyakan masih diabaikan karena atap rumah yang terbuat dari daun rumbia atau alang-alang tidak memungkinkannya. Namun pada rumah yang beratap genteng atau seng bergelombang, hal ini dengan mudah dapat dilakukan dengan memasang talang air sepanjang sisi atap dan mengalirkan air hujan itu ke dalam tempat penyimpanan.

Ada 7 cara penyimpanan air yang biasa digunakan atau dipakai di daerah pedesaan di Indonesia. Ke-7 cara tersebut yaitu :
1. Gentong penampungan air cara cetakan (Kapasitas 250 liter)
2. Drum air cara kerangka kawat (Kapasitas 300 liter)
3. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 2.500 liter)
4. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 10.000 liter)
5. Instalasi air bersih pipa bambu metode tradisional
6. Instalasi air bersih pipa bambu sistem pengaliran tertutup
7. Bak penampungan sumber air/mata air
Umumnya penyimpanan air yang digunakan adalah bak penampung yang dibuat dari drum, genteng dan bambu semen. Bahan ini digunakan karena :relatif murah, tahan lama, konstruksi kuat, mudah dibuat, bahan baku mudah didapat dan air yang ditampung tidak mudah tercemar.

II. URAIAN SINGKAT
Penampungan sumber air/mata air dengan menggunakan bak diperlukan bagi desa. Cara pembuatan dan penggunaannya sederhana supaya dapat dipakai
dalam waktu jangka panjang.

III. BAHAN DAN PERALATAN

1. Bak penampung dari semen atau batu bata
2. Pipa besi
3. Pipa plastik
4. Pipa bambu
5. Batu koral
6. Kain kaus
7. Tali

IV. PEMBUATAN

1. Membuat bak penampung dari semen atau batu bata. Cara pembuatan sesuai dengan selera (lihat topik Bak Penampung Air Bambu Semen)
2. Lokasi pembuatan bak penampung air, harus dipilih tempat yang lebih rendah dari mata air agar aliran air ke dalam bak lebih lancar.
3. Air dari sumber disaring dengan memakai saringan batu koral yang kemudian disalurkan dengan pipa ke bak penampungan.
4. Bagan bak penampungan air. (lihat Gambar 1,2 dan 3).

Gambar 1. Sumber Air

Gambar 2. Bak Penampung

Gambar 3. Pengaliran Air ke Bak Penampung

a. Setelah air tersimpan dalam bak, untuk memudahkan pengambilan air sebaiknya air disalurkan melalui pipa.
b. Pipa untuk mengalirkan air (Lihat Gambar 4,5, dan 6)

Gambar 4. Pipa

Gambar 5. Pengaliran Air Bersih

V. PENGGUNAAN

1. Pengambilan air dilakukan melalui pipa/kran yang tersedia pada bak penampungan, bukan melalui lubang kontrol dengan timba.
2. Sebaiknya untuk menjaga air supaya tetap bersih, dalam bak penampung diberi kaporit untuk membunuh kuman di dalam air.
3. Untuk menjaga keutuhan/kelangsungan bangunan, perlu ditunjuk orang/organisasi yang bertanggung jawab untuk memelihara bangunan mata air tersebut.

Gambar 6. Pengaliran Air Bersih ke Konsumen

VI. PERBAIKAN
1. Perbaiki segera pipa yang rusak atau bocor.
2. Anti atau perbaiki kran yang bocor.
3. Perbaiki segera lantai, dinding yang retak atau bocor.
4. Perbaiki atau buatkanb saluran baru jika sarana pembuangan air limbah tidak berfungsi dengan baik.
5. Kain kaos penyaring harus sering digganti. Penggantiannya tergantung dari kekeruhan air.

VII. KEUNTUNGAN

1. Air dari sumber dapat ditampung sebanyak-banyaknya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
2. Air yang diperoleh cukup bersih karena dapat dipergunakan untuk diminum. Selain diminum juga bisa dipergunakan untuk keperluan mencuci dan mandi.
3. Rumah-rumah yang dekat dengan bak penampungan tidak memerlukan bambu yang panjang, sehingga akan efesien waktu dan tenaga.

VIII. KERUGIAN
Apabila musim kemarau, air yang ditampung hanya sedikit dan pemakaian supaya dihemat.

IX. DAFTAR PUSTAKA
1. BUTSI, Buku Teknologi Desa No. 14, 7-8 Dalam Teknologi Tepat Guna untuk Wanita di Pedesaan. Jakarta : Kantor Menteri Muda Urusan Peranan
Wanita.
2. Pedoman penggunaan dan pemeliharaan sarana penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman. Jakarta : Departemen Kesehatan, 1990.

X. INFORMASI LEBIH LANJUT
1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.

Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.