Radio Budaya Jawa



Kamis, 03 Februari 2011

MENGOLAH SAMPAH

Pendahuluan
Sampah... sampah... sampah, jika kita mendengar kata sampah pasti yang terlintas dalam pikiran kita hal-hal yang kotor, bau, menjijikkan, tidak berguna bahkan berbahaya bagi kesehatan dan seterusnya. Tetapi tidaklah demikian, jika kita memahami makna kata sampah yang sesungguhnya. "Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis."

(istilah Lingkungan untuk Manajemen, Ecolink, 1996). Belum memiliki 'nilai ekonomis', ya itulah kata kuncinya. Lalu bagaimana catanya agar sampah memiliki nilai ekonomis? Dibutuhkan pengetahuan tentang pengelolaan sampah. Nah, dalam rubrik ini kami ajak Anda untuk memahami :
1) pengertian, sumber-sumber, dan jenis-jenis sampah;
2) sistem operasional pengelolaan sampah;
3) pemanfaatan sampah. Semoga bermanfaat.

Pengertian Sampah
Sampah? Apa yang dimaksud dengan sampah? Ya, mungkin berbeda-beda tentang sampah. Tetapi beberapa ahli merumuskan kata sampah sebagai berikut :
"Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan". (Kamus Istilah Lingkungan, 1994).
"Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis." (Istilah Lingkungan untuk Manajeman, Ecolink, 1996).
"Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemilikya atau pemakai semula". (Tandjung, Dr. M.Sc., 1982)
"Sampah adalah sumberdaya yang tidak siap pakai". (Radyastuti, W. Prof. , Ir, 1996).

Sumber-sumber Sampah
a. Pemukiman/rumah tangga
Biasanya sampah rumah tangga berupa sisa pengolahan makanan, perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus, gelas, kain, sampah/kebun/halaman, dan lain-lain.


 
 
 
 
 
 
b. Pertanian dan Perkebunan
Sampah dari kegiatan pertanian tergolong bahan organik, seperti jerami dan sejenisnya. Sebagian besar sampah yang dihasilkan selama musim panen dibakar atau dimanfaatkan untuk pupuk. Untuk sampah bahan kimia seperti pestisida dan pupuk buatan perlu perlakuan khusus agar tidak mencemari lungkungan. Sampah pertanian lainnya adalah lembaran plastik penutup tempat tumbuh-tumbuhan yang berfungsi untuk mengurangi penguapan dan penghambat pertumbuhan gulma, namun plastik ini bisa didaur ulang.


c. Sisa Bangunan dan Konstruksi Gedung
Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan dan pemugaran gedung ini bisa berupa bahan organik maupun anorganik. Sampah organik, misalnya : kayu, bambu, triplek. Sampah Anorganik, misalnya : semen, pasir, spesi, batu bata, ubin, besi dan baja, kaca, dan kaleng.


 
 
d. Perdagangan dan Perkantoran
Sampah yang berasal dari daerah perdagangan seperti : toko, pasar tradisional, warung, pasar swalayan ini terdiri dari kardus, pembungkus, kertas, dan bahan organik termasuk sampah makanan dari restoran.


Sampah yang berasal dari lembaga pendidikan, kantor pemerintah dan swasta, biasanya terdiri dari kertas, alat tulis-menulis (bolpoint, pensil, spidol, dll), toner foto copy, pita printer, kotak tinta printer, baterai, bahan kimia dari laboratorium, pita mesin ketik, klise film, komputer rusak, dan lain-lain. Baterai bekas dan limbah bahan kimia harus dikumpulkan secara terpisah dan harus memperoleh perlakuan khusus karena berbahaya dan beracun.

e. Industri
Sampah ini berasal dari seluruh rangkaian proses produksi (bahan-bahan kimia serpihan/potongan bahan), perlakuan dan pengemasan produk (kertas, kayu, plastik, kain/lap yang jenuh dengan pelarut untuk pembersihan). Sampah industri berupa bahan kimia yang seringkali beracun memerlukan perlakuan khusus sebelum dibuang.


 
 
Jenis-jenis Sampah
1. Sampah Anorganik/kering
Sampah Anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan melalui proses yang cukup lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol kaca, botol plastik, tas plastik, dan kaleng. Kertas, koran, dan karton merupakan pengecualian. Berdasarkan asalnya, kertas koran, dan karton termasuk sampah organik. Tetapi karena kertas, koran, dan karton dapat didaur ulang seperti sampah anorganik lain (misalnya gelas, kaleng, dan plastik), maka dimasukkan ke dalam kelompok sampah anorganik.

2. Sampah Organik/basah
Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang berasal dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan, rumah tangga atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun.

Pengelolaan Sampah

 
Pemilahan
Kegiatan pemilahan sampah merupakan bagian yang sangat penting dalam upaya mengurangi timbunan sampah yang akan dibawa ke TPA. Kegiatan pemilahan ini dilakukan dengan memasukkan sampah ke dalam 3 wadah/tempat berdasarkan jenisnya.

Sampah-sampah organik, seperti sisa makanan, sayuran, buah-buahan, dan daun-daunan. Sampah jenis ini dapat dimanfaatkan untuk diolah menjdai kompos.

Sampah-sampah anorganik yang bermanfaat, seperti kertas bekas, plastik, gelas/kaca. Sampah keras dapat dimanfaatkan kembali menjadi kertas daur dan memiliki nilai ekonomis.
Sampah plastik dapat digunakan kembali atau dapat dijual. Sampah gelas/kaca dapat dimanfaatkan kembali atau dijual.

Sampah-sampah anorganik yang tidak bermanfaat, seperti logam kecil, puntung rokok. Sampah ini ditampung, dikumpulkan untuk kemudian diangkut oleh petugas kebersihan.

Pengumpulan
Sistem pengumpulan sampah, khususnya sampah rumah tangga yang saat ini dilakukan berdasarkan kondisi dan kultur masyarakat. Umumnya di kota-kota besar terutama di wilayah Jakarta pengumpulan sampah dilakukan sebagai berikut :

Tiap Rumah Tangga menyediakan tempat atau wadah sampah tertutup yang dilapisi kantong plastik, untuk menampung sampah yang tidak dapat dimanfaatkan.

Dipo adalah tempat penampungan sampah sementara (TPS) yang meliputi satu kelurahan kurang lebih 30.000 warga, dengan daya tampung sampah sekitar 150 meter kubik.

Pool Container, biasanya terletak di pinggir jalan di sebuah lokasi pemukiman dan memiliki volume kurang lebih 6-10 meter kubik, berbentuk sebuah bak penampungan besi. Pool caontainer ini diangkut oleh truk dinas kebersihan dengan sistem hidrolik.

Pengangkutan
Pengangkutan sampah daarti tempat penampungan sementara (TPS) ke tempat pembuangan akhir (TPA) dilakukan oleh dinas kebersihan. Pengangkutan sampah dilakukan dengan sistem pembagian lokasi, setiap truk pengangkut sampah mempunyai tugas di wilayah tertentu. Jenis angkut yang digunakan dalam pengangkutan sampah ke TPA antara lain:

Truk Terbuka, memiliki kapasitas cukup besaruntuk mengangkut sampah dari TPS ke TPA dengan menutup bagian atas dengan jaring atau terpal.

Truk Kompaktor, mengangkut sampah dari pemukiman sebagai tempat pembuangan sampah sementara.

Truk Tripper, mengangkut sampah dari TPS ke TPA.

Truk Hidrolik Kontainer, bertugas mengangkut kontainer yang sudah penuh ke TPA.

Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) harus memenuhi persyaratan umum antara lain:
1. Sudah tercakup dalam tata ruang kota dan daerah.
2. Jenis tanah harus kedap air, sehingga mencegah tercemarinya air tanah.
3. Daerah yang tidak produktif untuk tanah pertanian.
4. Digunakan minimal 5 sampai 10 tahun.
5. Tidak berpotensi mencemari sumber air.
6. Jarak dengan daerah pusat pelayanan kurang lebih 10 km.
7. Merupakan daerah bebas banjir.
8. Tidak berlokasi di danau, sungai, atau laut.

Metode Pembuangan Akhir
1. Metode Open Dumping
Cara pembuangan yang umum dilakukan di Indonesia dan dilakukan secara sederhana dimana sampah dihamparkan di suatu tempat terbuka tanpa penutupan dan pengolahan. Cara ini tidak dianjurkan karena memiliki dampak negatif yang tinggi terhadap kesehatan lingkungan


2. Metode Controlled Landfill
Sampah dihamparkan pada lokasi cekungan dan permukaannya diratakan serta ditutupi tanah pada ketebalan tertentu yang dilakukan secara periodik. Cara ini bukan yang ideal namun untuk saat ini cocok diterapkan di Indonesia.


3. Metode Sanitary Landfill


Sampah diletakkan pada lokasi cekung, kemudian pada ketebalan tertentu diurug dengan tanah. Pada bagian atas urugan digunakan lagi untuk menimbun sampah lalu diurug lagi dengan tenah sehingga berbentuk lapisan-lapisan sampah dan tanah. Bagian dasar konstruksi sanitary landfill dibuat lapisan kedap air yang dilengkapi dengan pipa pengumpul dan penyalur air lindi (leachate) yang terbentuk dari proses penguraian sampah organik. Metode ini merupakan cara yang ideal namun memerlukan biaya investasi dan operasional yang tinggi.

Pemusnahan Sampah
Pemusnahan dilakukan dengan insenator. Sampah dibakar secara terkendali sehingga berubah menjadi gas, asap dan abu. Teknologi ini harus mampu menghasilkan limbah gas yang sesuai standar baku mutu udara, memerlukan biaya tinggi dan diperlukan perencanaan yang matang.
Insenator di Indonesia tidak ada yang baik, karena 3 hal: 1) kelayakan teknis tidak terpenuhi; 2) kelayakan finansial tidak terpenuhi; 3) efektifitas pengelolaan sampah kota lebih diutamakan (100% terangkut).

Pemanfaatan Sampah
Pengomposan
1. Pengertian Kompos
Apakah yang dimaksud dengan kompos? Kompos adalah pupuk organik yang berasal dari sampah rumah tangga, sampah tanaman, sampah pasar dan lain-lain dan dibuat melalui proses pengomposan.

2. Manfaat Kompos
a. Bagi tanaman; menambah kemampuan tanah dalam menyimpan air dan menyerap pupuk tambahan lainnya. Selain itu kompos juga menciptakan lingkungan yang baik bagi kehidupan jasad renik sehingga tanah menjadi subur. Hal ini akan membantu pertumbuhan tanaman.
b. Bagi manusia; menambah penghasilan penduduk dari hasil penjualan kompos, mengurangi timbunan sampah dan nilai estetika lingkungan, mempertahankan kualitas lingkungan di sekeliling, dan alternatif lapangan kerja bagi penduduk.

3. Cara Membuat Kompos
A. Peralatan yang dibutuhkan
1. Keranjang pengangkut.
2. Cangkrang/garpu untuk pembalikan.
3. Sekop untuk pengayakan.
4. Alat pengukur panas/suhu (termometer alkohol, jangan termometer air
raksa).
5. Terowongan udara; terbuat
dari bambu untuk menjadi dasar tumpukan dan saluran udara. Tinggi segitiga + 50 cm, lebar dasar + 30 cm dan panjang + 2 m.
6. Ayakan/saringan; digunakan sebagai penyaring kompos yang sudah jadi agar dapat dipisahkan sesuai ukuran.

Skema Langkah-langkah Membuat Kompos

B. Langkah-langkah
1. Pemilahan sampah;
bahan yang akan dibuat kompos sebaiknya sampah organik yang masih segar, untuk menghindari lalat, bau dan menjaga mutu kompos.
2. Penumpukan sampah;
susun tumpukan sampah pilihan ke dalam terowongan udara dari bambu. Siram air secara merata pada tumpukan tersebut, jasad renik akan bekerja pada proses pelapukan. Proses penumpukan ini diusahakan tidak lebih dari 3 hari.
3. Pemantauan suhu;
pemantauan suhu selama 2-4 hari pertama sangat penting. Suhu tumpukan kompos akan berangsur naik, ini sangat berguna untuk mematikan biji tanaman yang tidak dikehendaki, membuahkan bibit penyakit, dan memperlunak bahan.Namun suhu tidak boleh di atas 65 derajat celcius karena dapat mematikan jasad renik yang dibutuhkan dalam proses pelapukan. Jika suhu tinggi maka perlu dilakukan pembalikan.
4. Pelapukan;
Suhu yang dibutuhkan berkisar 45-65 derajat celcius dan kelembapan sekitar 50%. Untuk mengatur suhu, kelembapan dan masukan oksigen perlu dilakukan pembalikan dan penyiraman air. Untuk mengukur suhu, ikat alat ukur suhu/termometer ke dalam 2 per 3 tinggi tumpukan kompos dengan bantuan batang kayu. Sedangkan kelembapan diukur dengan cara mengepalkan bahan kompos dengan tangan. Jika bahan yang dikepalkan tidak mengeluarkan air dan buyar maka tumpukan harus disiram air, sebaliknya jika air mulai mengalir maka tumpukan terlalu basah dan perlu pembalikan dengan segera. Proses pelapukan biasanya berlangsung selama + 35 hari hingga warnanya berubah menjadi coklat tua atau kehitaman.
5. Pematangan; setelah kompos berbentuk seperti tanah, perlu langkah pematangan selama 14 hari, dan suhu tumpukan kompos tetap dijaga. Jika suhu di atas 45 derajat celcius perlu pembalikan, apabila suhu tetap di bawah 45 derajat celcius maka dapat disimpulkan bahwa kompos mulai matang.
Proses pematangan ini diperlukan untuk meyakinkan bahwa kompos telah benar-benar aman digunakan sebagai pupuk tanaman.
6. Pemanenan; kompos yang telah matang dipisahkan antara butiran halus dan kasar dengan cara mengayak. Selain untuk memisahkan butiran, proses ini untuk menyaring benda-benda yang tidak diperlukan seperti plastik dll. Sebagai produk penjualan, kompos yang telah diayak sebaiknya dikemas dengan kantong plastik berdasarkan ukuran butiran. Butiran halus dipergunakan untuk pot atau persemaian sedangkan butiran besar untuk perkebunan.

Daur Ulang Sampah
1. Pengertian
Daur ulang adalah penggunaan kembali material/barang yang sudah tidak terpakai untuk menjadi produk lain.

2. Langkah-langkah
a. Pemisahan; pisahkan barang/material yang dapat didaur ulang dengan sampah yang harus dibuang ke penimbunan sampah. Pastikan barang/material tersebut kosong dan akan lebih baik jika dalam keadaan bersih.
b. Penyimpanan; simpanlah barang/material kering yang sudah dipisahkan tadi dimasukkan ke dalam boks/kotak tertutup tergantung jenis barangnya, misalnya boks untuk kertas bekas, botol bekas, dll.
c. Pengiriman/penjualan; barang/material yang terkumpul dijual ke pabrik, yang membutuhkan material tersebut sebagai bahan baku atau dijual ke pemulung.

3. Material daur ulang
- Kertas; semua kertas dapat di daur ulang, misalnya kertas koran, buku telepon bekas, kardus, dll
- Gelas; botol kecap, botol sirup, gelas/piring pecah dapat digunakan lagi untuk membuat botol/gelas/piring baru.
- Aluminium; kaleng bekas minuman ringan, sarden, corned, panci bekas, dapat dimanfaatkan kembali sebagai kaleng pengemas.
- Baja; baja bekas konstruksi bangunan akan berguna sebagai bahan baku pembuatan baja.
- Plastik; plastik bekas seperti kantong plastik dipisahkan dengan plastik bekas botol aqua. Plastik sebaiknya digunakan semaksimal mungkin karena tidak dapat diuraikan oleh alam.
- Barang-barang rumah tangga; material tidak terpakai seperti baju bekas, kursi rusak, mainan anak dll. Sebaiknya dihibahkan kepada orang yang dapat memperbaiki dan membutuhkan. Hal ini dapat mengurangi timbunan sampah.

Penutup
Nah, bagaimana? Sampah yang selama ini kita anggap sebagai barang yang tidak berguna ternyata memiliki nilai ekonomis jika kita dapat mengelolanya dengan baik. Memang dibutuhkan ketekunan dan kesabaran juga ketelitian untuk memperoleh hasil yang maksimal.
Keikutsertaan kita/masyarakat dalam mengelola sampah merupakan cara terbaik memecahkan permasalahan sampah. Salah satu caranya adalah dengan mendaur ulang sampah yang masih dapat dimanfaatkan dan jika kita memiliki lahan yang cukup, sampah dapat dibuat kompos yang sangat bermanfaaat bagi kelestarian lingkungan, dan tentunya kita dapat memperoleh penghasilan tambahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar